UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA SURUHAN (Peperomia pellucida (L). H.B.K.) TERHADAP MENCIT JANTAN (Mus musculus)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji efek analgetik ekstrak etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida (L.) H.B.K.) pada mencit jantan Mus muscullus) dengan  tujuan untuk untuk mengetahui efek Analgetik setelah pemberian ekstrak etanol dari herba suruhan pada mencit jantan (Mus musculus). Metode pengujian analgetik menggunakan metode Induksi Kimia (metode Siegmund). Pengamatan efek analgetika berdasarkan jumlah geliat dari mencit yang telah diinduksikan asam asetat 1% v/v dengan waktu pengamatan tiap 5 menit selama 30 menit setelah pemberian perlakuan. Mencit yang digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok I untuk kontrol negatif yang hanya diberi larutan Na-CMC 1% b/v, kelompok II untuk kontrol positif diberikan suspensi Asam Mefenamat 0,195% b/v, dan tiga kelompok yang lain diberi perlakuan dengan ekstrak etanol herba suruhan dengan konsentrasi masing-masing 0,048%; 0,096% dan 0,192% dengan volume pemberian secara oral 0,5 ml/20 g bobot badan mencit. Data diperoleh berupa jumlah geliat kumulatif mencit kemudian dihitung daya analgetik lalu dianalisis dengan analisis varian (ANAVA), dilanjutkan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis data menunjukan bahwa ekstrak etanol Herba Suruhan dosis 0,196% mempunyai daya analgetik yang terbaik, karena efek analgetik yang dihasilkan adalah yang tertinggi yaitu 75,88 ± 1,28 dibanding dengan dosis yang lain.

ABSTRACT

An investigation concerning analgetic effects of ethanol extract of suruhan herb (Peperomia pellucida (L.) H. B. K.) had been done. The aim of this research was to determine analgetic effect of ethanol extract of suruhan herb in to mice (Mus muscullus). Testing metode used chemical induction (Sigmund methode). Observation based on total wringgle of mice that have been induced with acetic acid 1% v/v. Monitoring time was conducted every 5 minutes for 30 minutes, after administration 15 mice were devided in to 5 groups which is 1st group was negative control that only distributed NaCMC 1% w/v, 2nd groups was negative control that distributed mefenamic acid susp. 0,195% w/v, 3rd, 4th, and 5th groups were distributed ethanol extract of suruhan herb each concentration 0,048%; 0,096% and 0,192% with distribution volume orally 0,5 ml/20 g body weight of mice. Total wriggle of mice showed analgetik protection and than analised with Varian Analysis (ANAVA), continued by Least Significant Difference (LSD) test. Data analysis showed that ethanol extract of Suruhan Herba dose 0,196% have the best analgetic, because the analgetic effect produced was the highest is 75.88 ± 1.28 compared with other doses.

PENDAHULUAN

Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri yang diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisika sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non narkotik seperti asetosal, parasetamol dan analgetika narkotik seperti morfin (1, 2).

Rangsang yang menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan pada jaringan, atau gangguan metabolisme jaringan. Hal ini mengakibatkan perubahan pada konsentrasi lokal ion (penurunan harga pH jaringan, peninggian konsentrasi ion kalium ekstrasel) maupun pembebasan senyawa mediator. Sebagai akibatnya, reseptor nyeri (nosiseptor) yang terdapat dikulit, didalam jaringan yang terdapat didalam kerangka otot, jaringan ikat, dan selaput tulang dapat terangsang. Tergantung pada letak timbulnya rasa nyeri dapat dibedakan antara nyeri permukaan, nyeri yang dalam dan nyeri viceral, yang secara kualitatif dialami dengan cara yang berbeda. Dari reseptor, nyeri dikonduksi sebagai impuls listrik yang bersusulan (potensial aksi) melalui urat saraf sensorik (urat saraf nyeri) ke sumsum tulang belakang dan akhirnya melalui otak tengah (talamus) ke sinusoid pusat posterior dari otak besar, dimana terjadi kesadaran akan nyeri (3).

Peperomia pellucida (L). H.B.K, suku Piperaceae atau sering dikenal dengan tumbuhan suruhan biasanya tumbuh liar ditempat-tempat yang lembab dan bergerombol. Tanaman suruhan mudah dijumpai di kebun, di halaman rumah, tepi jalan, di pinggiran selokan, dan di tempat lain yang lembab atau berair. Tinggi tanaman suruhan sekitar 40 cm, dengan dahan berbuku-buku serupa tanaman sirih. Tumbuhan ini sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai obat, bahkan telah diperdagangkan. Di Filipina tanaman ini disebut tangon-tangon atau ulasiman-bato, dan telah lama dimanfaatkan sebagai obat, antara lain untuk membantu mengatasi gangguan artritis, gout (asam urat), bisul, bengkak bernanah, sakit kepala, nyeri perut, dan masalah pada ginjal (4).

Infusa herba P. pellucida telah dilaporkan pada konsentrasi 10% dapat menurunkan kadar asam urat dengan beda signifikan terhadap kontrol positif alopurinol (4). P. pellucida umumnya dikonsumsi dengan cara diseduh, tetapi ada juga yang mengkonsumsinya sebagai lalapan segar. Herba suruhan mengandung alkaloida, saponin, polifenol, kalsium oksalat, lemak, dan minyak atsiri (5).

Khan A, Rahman M dan Islam S juga telah membuktikan bahwa P. pellucida mempunyai aktivitas antipiretik dengan cara menghambat prostaglandin (6). Sehingga diduga bahwa herba suruhan memiliki aktivitas sebagai analgetik, maka penelitian ini dilakukan dengan menguji kebenaran khasiat analgetik pada pemberian ekstrak etanol herba suruhan (kecuali akarnya) pada mencit jantan dengan menggunakan metode kimia.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efek analgetik ekstrak etanol suruhan (Peperomia pellucida (L). H.B.K. terhadap mencit jantan (Mus musculus) dengan menggunakan metode kimia. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui kebenaran khasiat analgetik setelah pemberian suspensi ekstrak etanol dari herba suruhan pada mencit jantan (Mus musculus) dengan menghitung jumlah geliat setiap 5 menit selama 30 menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Hasil Pengamatan

Hasil uji analgetik ekstrak etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida (L.) H.B.K.) terhadap mencit jantan sebagai berikut :

Tabel 1. Daya analgetik pada mencit jantan kelompok perlakuan ekstrak etanol herba suruhan dosis 0,048%; 0,096%; 0,192% dan asam mefenamat 0,195% terhadap kontrol negatif.

Kelompok perlakuan Replikasi persen daya analgetik ± SE
1 2 3
Kontrol (+) Asam mefenamat 0,195% 58,51 59,57 58,51 58,86 ± 0,35
Dosis 0,048% 63,83 59,57 60,64 61,35 ± 1,28
Dosis 0,096% 68,08 67,02 65,96 67,02 ± 0,61
Dosis 0,192% 73,40 76,59 77,66 75,88 ± 1,28

2 Pembahasan

Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang fungsinya memberi tanda tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan mekanisme atau kimiawi, panas atau listrik yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode kimia (siegmund test) dan mencit jantan sebagai hewan uji dan asam asetat 1% v/v sebagai perangsang terbentuknya prostaglandin dan menimbulkan rasa nyeri pada mencit. Metode ini cukup peka untuk pengujian analgetik, obat yang mempunyai efek analgetik lemahpun dapat memberikan hasil positif. Sebelum perlakuan, masing-masing mencit dipuasakan selama kurang lebih 8 jam untuk menghindari kemungkinan adanya pengaruh makanan terhdap kandungan bahan yang berkhasiat pada herba suruhan yang dapat mempengaruhi efek analgetik yang ditimbulkan. Selain itu, untuk memudahkan selama pemberian ekstrak herba suruhan secara oral pada mencit.

Mencit putih jantan digunakan dengan alasan kondisi biologisnya stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi biologisnya dipengaruhi masa siklus estrus. Disamping keseragaman jenis kelamin, hewan uji digunakan juga mempunyai keseragaman berat badan (antara 20-30 gram), dan umur (3-4 bulan). Hal ini bertujuan untuk memperkecil variabilitas biologis antar hewan uji yang digunakan, sehingga dapat memberikan respon yang relatif lebih seragam terhadap rangsang kimia yang digunakan dalam penelitian ini. Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak, maksudnya adalah setiap anggota dari masing-masing kelompok perlakuan memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

Uji efek analgetik ekstrak herba suruhan dilakukan dengan pemberian suspensi ekstrak etanol secara peroral dengan volume pemberian 0,5 ml/20 g BB dalam beberapa konsentrasi, kemudian disuntikan secara intra peritonial asam asetat 1% v/v dengan volume pemberian 0,25 ml/kg BB. Pemberian asam asetat 1% v/v akan merangsang pembentukan prostaglandin sehingga menimbulkan rasa nyeri pada hewan percobaan, hal ini ditandai dengan adanya geliat dari mencit.

Penelitian ini menggunakan asam mefenamat sebagai pembanding dengan maksud untuk menentukan efektivitas ekstrak herba suruhan dari beberapa konsentrasi dengan asam mefenamat yang selama ini digunakan sebagai obat analgetik. Asam mefenamat digunakan sebagai pembanding karena obat ini memiliki aktivitas dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.

Penelitian ini menggunakan 3 peringkat dosis sediaan uji yaitu 0,048%; 0,096% dan 0,192% berdasarkan hasil uji orientasi dan  2 kelompok kontrol, yaitu kelompok kontrol positif menggunakan suspensi asam mefenamat 0,195% dan kontrol negatif menggunakan 1% suspensi Na-CMC. Kontrol positif berfungsi untuk membandingkan daya analgetik dengan sampel yang diteliti, juga dapat digunakan untuk membuktikan kevalidan dari metode yang digunakan.

Hasil pengamatan jumlah geliat kumulatif mencit tiap 5 menit selama 30 menit dapat dilihat pada tabel 1. Perlakuan suspensi Asam Mefenamat dan suspensi ekstrak etanol herba suruhan dengan dosis 0,048%; 0,096% dan 0,192% mempunyai efek analgetik. Suatu obat dikatakan mempunyai aktivitas analgetika bila mampu menurunkan jumlah geliat mencit sebesar lebih besar 50% dari jumlah geliat pada kelompok kontrol negatif.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa jumlah geliat kumulatif mencit pada semua kelompok yang mendapatkan perlakuan ekstrak etanol herba suruhan dan suspensi asam mefenamat mengalami penurunan dibandingkan terhadap kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak herba suruhan mampu mengurangi timbulnya geliat mencit sebagai respon nyeri yang ditimbulkan oleh pemberian asam asetat 1% (v/v) dosis 262,5 mg/kg BB sebagai perangsang nyeri.

Data jumlah geliat kumulatif mencit masing-masing kelompok perlakuan selanjutnya dibuat persen daya analgetik, hasil dapat dilihat pada lampiran IX dan lampiran X dimana setiap kelompok perlakuan menunjukan aktivitas analgetik yang berbeda-beda pada tiap peringkat dosisnya. Presentase rata-rata tertinggi dosis 0,192% yaitu 75,88%. Pada dosis 0,048% dan dosis 0,096% ekstrak etanol herba suruhan juga mempunyai aktivitas sebagai analgetik karena persen daya anlgetiknya lebih dari 50%.

Jumlah kumulatif rata-rata geliat mencit berkurang dengan semakin bertambahnya dosis, hal ini diperjelas dengan grafik yang terdapat pada lampiran XIII yang memperlihatkan semakin tingginya gambar grafik seiring dengan meningkatnya dosis.

Semua dosis dapat menurunkan jumlah geliat nyeri lebih dari 50% terhadap kontrol negatif, dengan kata lain semua dosis tersebut memiliki aktivitas sebagai analgetik. Gambaran yang menunjukan hubungan antara dosis dan daya analgetik herba suruhan dapat dilihat pada lampiran XII tabel 10.

Pada histogram tampak bahwa daya analgetik kelompok perlakuan herba suruhan dosis 0,048% lebih besar daripada daya analgetik asam mefenamat 1%, yaitu 75,88 ± 1,28% dan 58,86 ± 0,35%. Daya analgetik semakin meningkat mulai dari dosis 0,048%; 0,096% dan 0,192%. Hasil pengujian ini juga menunjukkan bahwa daya analgetik terbesar di antara kelompok lain yang mendapatkan perlakuan ekstrak herba suruhan dihasilkan oleh dosis 0,192% sebesar 75,88 ± 1,28% (lampiran XIII).

Data yang diperoleh pada masing-masing kelompok perlakuan  menghasilkan  rata-rata geliat kumulatif yang berbeda-beda dan untuk mengetahui data itu berbeda signifikan atau tidak maka dilakukan analisis statistik dengan uji ANAVA satu jalan menggunakan SPSS version 17 for windows, dilanjutkan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%.

Persen daya analgetik yang diperoleh terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan uji Klomogorov-Smirnov untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Dari tabel One-sample Klomogrov-Smirnov test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (dalam kasus ini  menggunakan taraf signifikansi atau α adalah 5%) untuk pengambilan keputusan dengan pedoman jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal dan jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka distribusi data adalah normal. Pada tabel 5 hasil uji memperlihatkan data terdistribusi normal dengan nilai sebesar 0,802 (0,802>0,05).

Data yang diperoleh terdistribusi normal maka dilanjutkan uji homogenitas varian dengan menggunakan significance level α sebesar 5%, Jika probabilitas kurang dari 0,05 maka H0 ditolak dan jika probabilitas lebih besar 0,05 maka H0 diterima. Nilai Levene Statistic atau Levene hitung adalah 2.312 dengan probabilitas sebesar 0,153 (tabel 7). Oleh karena probabilitas lebih besar dari α (0,153 > 0,05) maka H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan (sama) daya analgetika yang dihasilkan dan dosis yang diberikan kepada mencit percobaan. Dengan demikian asumsi kesamaan varian untuk uji One-Way ANOVA sudah terpenuhi.

Hasil uji statistik parametrik analisis varian (ANAVA) satu jalan diperoleh hasil yang signifikan. Hal ini ditunjukan dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persen daya analgetik tiap kelompok perlakuan memang benar-benar berbeda. Hasil uji LSD persen daya analgetik antar kelompok perlakuan dari kontrol (+) dengan ekstrak etanol pada mencit dapat dilihat pada tabel 8.

Hasil uji LSD persen proteksi antara 2 kelompok perlakuan menunjukan bahwa ekstrak etanol dosis 0,048% mempunyai persen proteksi berbeda tidak bermakna (p>0,05) dengan kontrol positif. Berarti ekstrak etanol dosis 0,048% dengan kontrol positif mempunyai daya analgetik yang hampir sama, dimana terdapat selisih perbedaan yang terjadi relatif kecil (tabel 10). Pada dosis 0,096% dan 0,192% mempunyai persen proteksi yang berbeda bermakna dengan kontrol positif namun pada dosis tersebut mempunyai aktivitas analgetik yang lebih kuat dari kontrol positif 1%. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan  aktivitas  analgetik  yang  terjadi  karena  pemberian  dosis yang berbeda.

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa suspensi ekstrak etanol herba suruhan berkhasiat sebagai analgetik, dimana semakin tinggi dosis maka aktivitas analgetiknya semakin besar. Dosis 0,196% dalam penelitian ini memiliki daya analgetik yang terbaik, karena efek analgetik yang dihasilkan adalah yang tertinggi yaitu 75,88 ± 1,28 dibanding dengan dosis yang lain.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa seluruh kelompok konsentrasi suspensi ekstrak etanol herba suruhan memiliki aktivitas sebagai analgetik. Hal ini diduga merupakan efek dari flavonoid sebagai salah satu zat aktif herba suruhan yang dapat menghambat prostaglandin dan menghambat aktivitas enzim lipooksigenase yang merupakan jalur pertama menuju hormon eikosanoid.

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

2 Balasan ke UJI EFEK ANALGETIK EKSTRAK ETANOL HERBA SURUHAN (Peperomia pellucida (L). H.B.K.) TERHADAP MENCIT JANTAN (Mus musculus)

  1. tye berkata:

    boleh minta referensi bacaanny ga??
    mksh y..^.^

Tinggalkan komentar